Adab Imam Syafi’i kepada Guru di Majelis Ilmu | Konsultasi Muslim
Imam Syafi’i rohimahullah
adalah seorang ulama yang mashur di kalangan kaum muslimin dan beliau dikenal di
seluruh dunia berkat keilmuannya yang luar biasa. Beliau sangatlah menghormati
guru-gurunya, salah satu guru beliau adalah Imam Malik rohimahullah.
Imam Malik juga seorang
ulama besar dan namanya pun dikenal oleh dunia. Imam Syafi’i sangatlah menghormati Imam Malik,
sampai-sampai Imam Syafi’i tidak berani membalikkan kertas di depan Imam Malik
dengan keras karena segan akan didengar oleh gurunya tersebut.
Imam Syafi’i rohimahullah
berkata :
كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا
رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها
Dulu aku membolak balikkan
kertas di depan Malik dengan sangat lembut karena segan kepadanya dan supaya
dia tidak mendengarnya. (Tazkiroh As-Saami’ wal Mutakallim fii Adabil ‘Aalim wal
Muta’allim, halaman 88).
Karena bagusnya adab Imam
Syafi’i terhadap gurunya, maka adab itupun dicontoh oleh murid beliau yang
bernama Ar-Rabi’ bin Sulaiman.
Ar-Rabi’ bin Sulaiman
rohimahullah berkata :
والله ما اجترأت أن أشرب الماء
والشافعي ينظر إليَّ هيبة له
Demi Allah, aku tidak berani
meminum air dalam keadaan As-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya. (Tazkiroh
As-Saami’ wal Mutakallim fii Adabil ‘Aalim wal Muta’allim, halaman 88).
Sikap Imam Syafi’i di atas sejalan
dengan apa yang dilakukan oleh para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
di mana dulu para sahabat ketika melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, mereka sangat menghormati baginda Nabi, hingga di atas kepala seperti
terdapat burung yang hinggap.
Dari Usamah bin Syarik rodhiyallahu ‘anhu bercerita
:
أتيت النبى صلى الله عليه وسلم
وأصحابه عنده كأنما على رؤوسهم الطير قال: فسلمت عليه وقعدت
Aku mendatangi Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan sahabat-sahabatnya berada di sisinya,
seolah-olah ada burung di atas kepala mereka. Lalu aku aku mengucapkan salam
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku pun duduk. (HR. Ahmad, Abu
Daud dan Tirmidzi, Jaami’ul Ahaadits, jilid 32 halaman 455).
Imam As-Suyuthi rohimahullah
mengomentari hadits di atas di dalam kitabnya Jaami’ul Ahaadits :
حسن صحيح
Derajatnya Hasan Shahih. (Jaami’ul
Ahaadits, jilid 32 halaman 456).
MasyaAllah, sungguh besar penghormatan
ulama salaf terhadap guru-guru mereka, karena mereka menganggap adab lebih
tinggi daripada ilmu dan agar ilmu yang mereka dapatkan mendapatkan keberkahan
dari memuliakan guru-guru mereka, sampai-sampai membalikkan kertas dan meminum
air pun merasa segan di hadapan guru. Jadi pantas keilmuan ulama-ulama
terdahulu tidak diragukan lagi. Ilmu-ilmu mereka berkah disebabkan ketulusan
mereka menuntut ilmu dan menghormati orang-orang yang telah mengajari mereka
ilmu. Adab ulama ketika berkunjung ke rumah guru mereka sebagaimana disebutkan di dalam Majallatul Bayaan :
كان بعض السلف إذا ذهب إلى شيخه
تصدق بشيء، وقال: اللهم استر عيب شيخي عني، ولا تُذهب بركة علمه مني
Sebagian ulama salaf
terdahulu apabila berkunjung ke rumah gurunya, mereka memberikan sesuatu kepada gurunya dan kemudian berdo’a : “Ya Allah
tutupilah aib guruku dariku, dan janganlah kau hilangkan keberkahan ilmuya dariku.”
(Majallatul Bayaan, jilid 143 halaman 36).
Maka dari itu, adab kepada
seorang guru itu sangatlah penting, karena hal itu sangat berpengaruh kepada
keberkahan ilmu seseorang. Contoh adab kepada seorang guru sudah dicontohkan
oleh para ulama, dan sebagai seorang muslim hendaknya kita semua mencontoh adab
para ulama salaf terdahulu.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi
Posting Komentar