Adab-Adab Berkomentar di Media Sosial | Konsultasi Muslim
Pada zaman yang canggih ini,
tak heran bahwa media sosial sudah menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari bagi manusia.
Media sosial bukan hanya sekedar digunakan untuk hiburan semata, akan tetapi
juga digunakan untuk berbincang masalah pekerjaan, sampai diperuntukkan untuk
berdakwah kepada ummat Islam.
Namun tentunya ada adab-adab
yang harus diperhatikan dalam berkomentar di media sosial, terlebih jika
masalah yang diperbincangkan adalah masalah yang sensitif.
Berikut adab-adab berkomentar
di media sosial :
1. Tidak terlalu ikut campur
dengan urusan orang lain, apalagi tidak mengetahui permasalahannya.
Banyak ditemukan di media
sosial tipe yang seperti ini, dia ikut memberikan komentar dan seolah-olah dia
lebih tau daripada orang yang memposting status tersebut. Padahal dia tidak tau
masalah yang sebenarnya. Dan Islam melarang seorang untuk tidak asal
berkomentar kepada orang lain sebelum dia melakukan tabayun.
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS.
Al-Hujurat : 6).
Di dalam kitab tafsir
Al-Jalaalain disebutkan :
{فَتَبَيَّنُوا} صِدْقه مِنْ كَذِبه
(Maka klarifikasilah) Kebenaran dari
kebohongannya. (Al-Jalaalain, jilid 1 halaman 685).
Maka dari itu Islam melarang
nimbrung dan langsung menjudge orang lain tanpa klarifikasi terlebih dahulu
kepada orang yang bersangkutan.
2. Tidak mencela orang lain.
Media sosial sangat luas
cakupannya dan terkadang bisa dijangkau oleh orang yang tidak dikenali.
Terkadang juga jika berbeda pendapat dalam suatu masalah, banyak yang saling
mencela lawan komentarnya.
Sebagai seorang muslim tidak
seharusnya saling mencela, karena Islam melarang ummatnya untuk mencela sesama
manusia.
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا
نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا
أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ
بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang
beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain,
boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat : 11).
Di dalam kitab tafsir
Al-Jalaalain disebutkan :
{وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ}
لَا يَدْعُو بَعْضكُمْ بَعْضًا بِلَقَبٍ يَكْرَههُ وَمِنْهُ يَا فَاسِق يَا كَافِر
(Dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan). Dan janganlah sebagian kamu memanggil sebagian
yang lain dengan gelar yang dibenci seperti “ya faasiq, ya kaafir”. (Al-Jalaalain,
jilid 1 halaman 687).
Islam sangat melarang
ummatnya untuk saling mencela atau memberi gelar yang buruk terhadap orang
lain, karena hal itu bisa menyakiti hati dan menimbulkan perselisihan diantara
manusia. Bahkan baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan seorang
muslim, siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia
mengatakan perkataan yang baik atau diam.
Dari Abu Hurairah
rodhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
مَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia memuliakan
tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
dia memuliakan tamunya. (HR. Muslim, hadist no. 47).
3. Tidak ngerumpi online
ketika berkomentar di media sosial.
Salah satu yang harus
dihindari di media sosial adalah ngerumpi online, karena hal tersebut termasuk
perbuatan yang tidak terpuji dan tidak diperbolehkan di dalam Islam. Apalagi
orang yang dibicarakan membaca komentar-komentar tersebut.
Sekalipun hanya sebuah
tulisan, tapi efeknya bisa menusuk sampai ke hati, karena pada hakikatnya
sebuah kalimat yang hanya berbentuk tulisan di media sosial, ketika dibaca,
sama halnya dengan bacaan.
Ada sebuah ungkapan
menyebutkan :
الكتابة تنزل منزلة القول
Tulisan statusnya sama
dengan ucapan.
Memang hanya sebuah tulisan,
tapi sakitnya luar biasa ketika dibaca. Itulah mengapa Allah memerintahkan
untuk menjaga ucapan, baik yang diucapkan dengan lisan maupun tulisan.
Media sosial bisa sebagai
ladang untuk mendapatkan pahala dengan beramar ma’ruf nahi munkar, tapi juga
bisa menjadi ladang dosa karena menceritakan orang lain dan menyebarkan
kemaksiatan di dalamnya.
Bagaimana jika non muslim mencela Islam atau ummat Islam?
Seorang
muslim hendaklah membela kehormatan Islam dan ummat Islam. Akan tetapi membalas
dengan cara yang santun dan akhlak yang baik, dengan harapan supaya mereka
mendapat hidayah dari diskusi tersebut.
Allah
berfirman :
ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ
بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ
أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl : 125).
Boleh mendebat mereka, namun
pastinya dengan cara yang santun tanpa menghina sesembahan mereka, karena jika
menghina sesembahan mereka, maka mereka akan menghina Allah dan Islam dengan
keji tanpa pengetahuan.
Allah berfirman :
وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ
يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ
Dan janganlah kamu memaki
sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan
memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (QS. Al-An’am : 108).
Bela lah kehormatan Islam
jika dicaci maki oleh mereka, namun bela lah dengan cara yang baik do’akan
mereka agar mendapat hidayah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Semoga bermanfaat.
Penulis : Fastabikul Randa
Ar-Riyawi
Posting Komentar